UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^

kisah lucu nenek genit

Suatu hari ada seorang nenek2 tuaaa sekali berjalan di tepi jalan raya keluar dari pasar dekat kampungnya. Karena kondisi jalan yang sepi, dengan tiba2 itu nenek nyebrang.
Apesnya datang seorang pemuda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Kontan saja pemuda itu menekan rem keras2.
Sontak pemuda itu marah “Dasar nenek2 guoblookk!! nyebrang ga liat2!!”
 Karena kaget mau ditabrak dan dibentak nenek itu pun marah “Yang GUUUOBLOKnya bukan main itu kamu!! masak nabrak nenek2 aja ga kena??!!!!

hiihih

cerita lucu tentang ayu ting ting

Ayu Ting Ting sedang naik daun dengan lagunya yang berjudul “Alamat Palsu”.
Nama tersebut seakan-akan sering terdengar menjadi bahan pembicaraan daripada nama artis luar negeri yang memiliki kemiripan nama “The Ting Ting”
Sebenarnya kata Ting itu memiliki arti apa ?

Kita telusuri istilah itu. Kalau sedang kesusahan, Ayu Gen Ting

Kalau sedang hamil, Ayu Bun Ting

Kalau hobi online, Ayu Chat Ting

Kalau sudah gila, Ayu Sin Ting

Kalau penyanyi itu sedang baca ini, Ayu Ban Ting Ban Ting



wkwkwkwkkwwkwkwkwk

kejeniusan Al Biruni memadukan iptek dan humaniora

Kehadiran Al Biruni sebagai ilmuwan dari Abad Pertengahan dicatat dengan tinta emas dalam khazanah sejarah Islam. Sosok dan peran ilmuwan bernama lengkap Abu ar Raihani Muhammad ibnu Ahmad al Biruni ini sangat spektakuler. Ia mampu memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan humaniora secara komprehensif dan integral. Tak heran banyak pengamat menganggap Al Biruni benar-benar seorang jenius. Ia menghasilkan buah pikiran orisinal yang menjadi dasar-dasar pengembangan iptek dan humaniora di masa depan. Hidup antara tahun 973 – 1048, Al Biruni meninggalkan tanah kelahiran Khawarizmi (sekarang wilayah Turkmenistan) untuk mengembara ke Gazna (Afghanistan) dan India (waktu itu di bawah kekuasaan Dinasti Gaznawi). Hasil pengembaraannya dituangkan dalam buku “Kitabul Hind” (1017), yang berisi uraian tentang agama Hindu, sains dan adat istiadat India di Abad Pertengahan. Para ilmuwan sezaman menunjukkan kekaguman terhadap buku itu mengingat Al Biruni lebih dikenal sebagai astronom dari pada sejarawan, sosiolog atau antropolog. Melalui buku tersebut, Al Biruni membuktikan dirinya sebagai ilmuwan spesialis namun berpengetahuan amat holistik. “Kitabul Hind” memuat hal-hal yang bertalian dengan geografi, proyeksi cahaya, azimut bintang, perubahan ekologi lembah Sungai Indus, makhluk angkasa luar di bumi dan langit timur, anak kembar siam, dan juga teknik permainan catur yang digemari raja-raja India. Sejarah Zaman Purba Sebelum menulis “Kitabul Hind”, Al Biruni telah menulis buku khusus tentang sejarah bangsa-bangsa zaman purba berjudul “Al Ardhul Baqiyah anil Qurnil Khaliyah”. Bukunya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sejak Abad XIX menjadi “Chronology of Ancient Nations” (cetakan terbaru tahun 1993). Ia juga menulis buku astronomi yang dipersembahkan bagi Sultan Mas’ud al Gaznawi berjudul “Al Qanunul Mas’udi fil Hai’ah wan Nujum” (1030), berisi laporan tentang seluk-beluk ilmu perbintangan. Buku lainnya disusun dalam bentuk tanya-jawab mengenai ilmu ukur, matematika, astronomi dan struktur ruang angkasa berjudul “At Tafhim fi Awa’il Sina’atit Tanjim”. Pendapat Al Biruni dalam buku tersebut benar-benar baru dan orisinal menurut ukuran zamannya sebab telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang masih diperdebatkan para ilmuwan, terutama mengenai perputaran bumi (rotasi), penetapan garis lintang (latitude), garis bujur (longitude) serta hipotesa-hipotesa tentang alam semesta yang bersifat relatif. Besar kemungkinan teori relativitas Einstein diilhami hipotesa-hipotesa Al Biruni. Ahli Batu Perhiasan Sebagai ilmuwan yang menguasai geologi, Al Biruni menulis berjilid-jilid buku tentang batu-batuan dan logam mulia. Ia menganalisis delapan belas jenis permata dari sudut pandang ekonomi, keindahan (estetika) dan moral (etika), dalam buku berjudul “Kitabul Jamahir Ma’rifatul Jawahir”. Menurut Syed Habibul Haq Nadvi, penulis buku “The Dynamics of Islam” (1982), dengan bukunya itu Al Biruni menampakkan tiga dimensi kepribadiannya. Baik sebagai guru etika dan filsafat moral, sebagai ahli mineralogi dan batu mulia, serta sebagai penilai batu mulia yang mampu menghubungkan aspek manfaat, nilai ekonomi, dan peranan mata uang yang tak terpisahkan dari peran batu mulia. Hasil karya Al Biruni mencapai 180 judul, meliputi aneka masalah iptek dan humaniora. Tapi hanya sebagian yang tercatat dan terkumpulkan dalam bentuk manuskrip asli. Selain buku-buku yang sudah disebut di atas, ada pula buku-buku berjudul “Kitabusy Syahdalah (tentang farmakologi, pengobatan), “Tahdid Nihayatul Amakin” (Penentuan Koordinat Kota-Kota), “Kitabul Kusuf wal Khusuf ala Khayalul Hunud” (Pandangan orang India tentang gerhana matahari dan bulan), “Maqalid Ilmul Hay’ah” (Kunci Ilmu Astronomi), dan sebagainya. Karena berkiprah di Afghanistan, India, China, dan sekitarnya, Al Biruni dianggap sebagai Pembangun Ilmu Mazhab Timur yang menjadi mata rantai tak terpisahkan dari Ilmu Mahzab Barat yang berpusat di Baghdad. Menurut Syed Habibul Haq Nadvi, konsep utama filsafat moral Al Biruni terkandung dalam teorinya tentang al Muruwwa (kebajikan) dan al Futtuwwa (keutamaan). Keduanya saling terkait. Kedua unsur penting ini terpancar dari anugerah Allah SWT kepada manusia lewat peran mineral emas dan perak. Kedua mineral berharga itu diciptakan Allah SWT untuk melengkapi dan memudahkan kehidupan ekonomi dan sosial manusia. Seseorang yang menumpuk dan menimbun emas perak sama dengan mengorbankan kepentingan banyak orang. Emas dan perak harus digunakan untuk kesejahteraan manusia dan negara. Sumbangan besar Al Biruni bagi iptek dan humaniora tidak diragukan lagi. Nama dan karyanya terus berkibar sepanjang zaman. Dipelajari dan dikembangkan menjadi dasar-dasar ilmu-ilmu baru yang mungkin sudah tidak lagi menonjolkan nama Al Biruni sebagai pemilik asal.

Sumber:http://www.sidoharjo

Sejarah Gerakan Pramuka


Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960. Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu. Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8). Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kelahiran Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu : Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkanGerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA. Gerakan Pramuka Diperkenalkan Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari. Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari. Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.


Sumber: http://www.sidoharjo.com/

penemu ilmu Optika dari dunia islam

Selama beberapa abad, ilmuwan optika Eropa sangat bergantung kepada satu buku Arab yaitu Kitabul Manazir karya Ibnu Haitham dari Basrah. Nama tersebut di Eropa terkenal dengan sebutan Alhazen. Keistimewaan Kitabul Manazir karena mampu menggabungkan sangat banyak teori dan pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan peran indra penglihatan. Ibnu Haitham mampu membahas peran, fungsi dan struktur mata yang melebar kepada masalah perspektif, bias cahaya, perubahan sinar di angkasa, bintang berekor (komet), fatamorgana, dan kamera obscura yang menjadi titik tolak teknologi kamera dan fotografi di masa-masa sesudahnya. Penemuan Ibnu Haitham yang paling revolusioner adalah tentang sifat mata yang sebenarnya. Berabad-abad sebelumnya, Euclid dan Ptolomeus, dua pentolan astronomi Yunani berpendapat, penglihatan mata disebabkan sinar-sinar luar yang dipancarkan kembali oleh mata kepada benda-benda yang dilihatnya. Ibnu Haitham menentang teori itu, dengan membuat rumusan, benda-bendalah yang memancarkan cahaya kepada mata, dan di dalam mata dibentuk gambaran serta warnanya. Bentuk objek yang diamati masuk ke dalam mata, dan diubah lensa mata sehingga terlihat jelas setiap wujudnya. Teori Ibnu Haitham dalam Kitabul Manazir memberi pengaruh besar terhadap pakar iptek Eropa Abad Pertengahan, seperti Roger Bacon, Leonardo da vinci, John Keppler, dan Descartes. Tanpa pertolongan terori-teori Ibnu Haitham, mereka tak akan dapat menetapkan hukum-hukum tentang sinus yang merupakan unsur penting dalam trigonometri. Di laboratoriumnya yang sederhana namun lengkap di Kota Basra, Irak, Ibnu Haitham melakukan percobaan-percobaan untuk menetapkan sudut pandang dan sudut pantul, pembelokan cahaya dalam air dan kaca, serta berbagai posisi bayangan di atas cermin (cermin datar, cembung, cekung, dan bulatan berbentuk bola). Dari semua percobaan tersebut, Ibnu Haitham sudah meletakkan dasar-dasar pembuatan lensa kamera. Ia juga melakukan percobaan-percobaan penting dengan kamera obscura. Lahir di Basra tahun 965, dan meninggal di Kairo, Mesir tahun 1039. Ibnu Haitham sudah terkenal sebagai ilmuwan sejak usia muda. Sumber: http://www.sidoharjo.com/

sejarah drum

Drum merupakan salah satu alat musik tertua di dunia. Alat musik ini digunakan sebelum tahun 6000 SM (Sebelum Masehi). Dahulu bangsa Afrika menggunakan drum untuk bermain musik, mengiringi tarian pada upacara adat, tanda peringatan bahaya, maupun menginstruksikan pasukan maju ke medan perang. Namun tentu saja bentuknya tidak seperti sekarang. Pada awalnya drum hanya terdiri dari tom tom. Adanya invasi bangsa Eropa dan Timur Tengah ke Afrika menyebabkan drum semakin dikenal dan semakin berkembang sehingga tercipta snar drum. Perkembangan selanjutnya, tahun 1500 Masehi, Eropa mencoba menaklukan Amerika untuk membentuk koloni baru. Bangsa Eropa membawa orang-orang Afrika untuk diperdagangkan sehingga kebudayaan Eropa, Afrika, dan penduduk asli Amerika saling berbaur. Namun orang Afrika yang berkulit hitam tidak boleh memainkan musik orang kulit putih. Oleh karena itu mereka menciptakan drum-set (seperangkat alat musik drum) dari drum Afrika yang mereka bawa untuk bermain musik. Baru pada Abad 20 orang-orang Amerika mulai tertarik mempelajari drum, kemudian drum pun semakin berkembang hingga mencapai bentuk seperti sekarang (drum akustik). Pada saat ini drum sudah semakin maju saja, kalau sekarang sudah ada gitar, piano, dan biola elektrik maka drum pun sudah ada yang elektrik, tapi suaranya tidak seindah drum akustik. Seiring perkembangannya, saat ini makin banyak seniman yang memilih drum sebagai pegangannya dalam bermusik. Sebut saja Safri Duo, dengan drumnya dapat menciptakan permainan yang sangat inovatif dan tidak kalah menarik dengan musik dari band lengkap. Akira Jimbo, seorang drummer nomor wahid di Jepang yang menciptakan drum yang bisa menimbulkan nada, menghasilkan bunyi seperti alat musik yang lain, dan bisa memainkan sebuah komposisi lagu.
Sumber:http://www.sidoharjo.com/

Keunikan rayap


Lebih jauh tentang rayap, rayap merupakan
mahluk prasejarah, berfungsi sebagai pengurai kayu di
ekosistem. Tanpa kehadiran mereka, bumi ini akan penuh
oleh sampah kayu yang membusuk.

Sering disalahartikan sebagai semut putih, yaitu sebuah
kelompok serangga sosial yang pada umumnya
diklasifikasikan sebagai ordo Isoptera yang berasal dari

bahasa Yunani (iso = sama dan ptera = sayap).

Pada
umumnya rayap mengkonsumsi pohon yang sudah mati/
kering, dalam bentuk kayu, tangkai daun, tanah atau
bangkai hewan.

Sekitar 10% dari 4,000 jenis (sekitar 2,600 species telah
diketahui bentuk taksonominya) dikenal sebagai hama yang
dapat menyebabkan kerusakan struktural pada
bangunan, tanaman atau hutan plantasi. Rayap
adalah detrivores (pengkonsumsi material organik yang
membusuk), khususnya di daerah subtropis dan tropis, dan
kemampuan mereka mendaur ulang kayu dan bahan tanaman
lain adalah hal yang penting bagi keseimbangan ekologi.

ngakak ala santri nemu duit

izam: ya elah, duit gue kmna lagi nih -___-
 

supri: duit loh ilang ?

izam : iye..

supri: bagus kalo gitu :p

izam: kamprett.

supri : ilang nya di mana ?
berapa duitnye ?

izam : di sekitar jalan sini bro
50rb

supri: ya udah, cari yg rajin :D
gue mau pergi dlo !

izam: kemana ?

supri: ke toko sono dulu, mau belanja pake duit yg gue temu di jalan ..

izam: o_0 Haahhh.. adu golok ajh Yok !!
hahaha sembari nabok jidad

sejarah kabupaten PURWAKARTA (jawa barat)

Logo Purwakarta Color.jpg
Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia terletak ±80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya.
Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon.
Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km² atau sekira 2,81% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 845.509 jiwa (Proyeksi jumlah penduduk tahun 2009) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,28% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 420.380 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 425.129 jiwa.
Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. "Wibawa" berarti berwibawa atau penuh kehormatan, "Karta" berarti ramai atau hidup, dan "Raharja' berarti keadaan sejahtera atau makmur. Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.

Etimologi

Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Pemberian nama Purwakarta dilakukan setelah kepindahan ibukota Kabupaten Purwakarta dari Wanayasa ke Sindang Kasih.
Peristiwa kepindahan ibukota kabupaten ini setiap tahunnya diperingati pada tanggal 20 Juli dengan melakukan napak tilas dari Wanayasa ke Sindang Kasih.

Sejarah

Sebelum penjajahan Belanda

Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya adalah untuk menundukkan Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya bentrok dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri.Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur serta mengalami nasib yang sama pula. Untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda : "Karawaan").Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (bupati) di Karawang pada tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Raden Adipati Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug.Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721 ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara. Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris.

Masa penjajahan Belanda


Masjid Agung Purwakarta pada tahun 
1920-1935 (dibangung atas perintah Raden Tumenggaung Aria Sastradipura I), bupati ke-12, menjabat tahun 1854-1863)
Antara tahun 1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur Jendral Van Der Capellen. Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820, meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur sungai Citarum/Cibeet dan sebelah Barat sungai Cipunagara.Dalam hal ini kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang Kecamatan Plered pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari Bogor dengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibukota kabupaten di Wanayasa.

Pendopo Kabupaten Purwakarta Tahun 2009
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.Pembangunan dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, Pembuatan Gedung Karesidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. Pembangunan terus berlanjut sampai pemerintahan bupati berikutnya.

Masa kemerdekaan

Kabupaten Karawang dengan ibukota Purwakarta berjalan sampai dengan tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan Surat Keputusan Wali Negeri Pasundan Nomor 12, Kabupaten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.

Obyek wisata

Wisata alam

  • Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota Purwakarta menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik seperti : dayung, selancar angin, ski air, power boating, perahu layar, dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia pondok remaja serta lahan yang cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan diteduhi pepohonan. Di perairan Waduk Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus untuk educational tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga ahli.
  • Danau Cirata, dengan luas 62 km2 berada pada ketinggian 223 m DPL dikelilingi oleh perbukitan. Jika melakukan perjalanan dari kota Purwakarta melalui Plered, akan tiba di Cirata dalam waktu ±40 menit dengan jarak sejauh 15 km. Dalam perjalanan akan melewati pusat perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping menikmati keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.
  • Situ Wanayasa adalah danau alam yang berada pada ketinggian 600 m DPL dengan luas 7 ha, terletak ±23 km dari kota Purwakarta dengan udara yang sejuk berlatar belakang Gunung Burangrang.
  • Sumber Air Panas Ciracas. Terletak ±8 km dari Situ Wanayasa berlokasi di kaki bukit dikelilingi oleh pepohonan dan hamparan sawah dengan udara yang sejuk. Terdapat sekitar 12 titik sumber mata air panas.
  • Air terjun Curug Cipurut dapat ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang ± 3 km ke arah Selatan kota Wanayasa, merupakan tempat yang nyaman untuk rekreasi baik hiking maupun camping ground. Berada pada ketinggian 750 m DPL.
  • Gunung Parang adalah obyek wisata alam yang menyediakan sarana untuk rock climbing. Terletak 28 km dari kota Purwakarta berada pada ketinggian 983 m DPL.
  • Gua Jepang berlokasi ±28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian sekitar 700 m DPL, dikelilingi perkebunan teh, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung Burangrang. Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang (Romusha) sekira tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat persembunyian.
  • Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong ±35 km dari Kota Purwakarta, berada pada ketinggian ±650 m DPL dikelilingi pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat.
  • Situ Buleud, adalah danau seluas 4 ha berbentuk bulat yang terletak di tengah kota Purwakarta. Situ buleud merupakan landmark Purwakarta. Konon Situ Buleud tempo dulu merupakan tempat "pangguyangan" (mandi/berendam) badak, kemudian pada masa pemerintahan kolonial Belanda dijadikan sebagai tempat peristirahatan. Kini Situ Buleud menjadi tempat rekreasi, olah raga, dan belanja PKL pada saat hari minggu bagi penduduk Purwakarta.

Wisata budaya

  • Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa kolonial Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi Kantor Bupati Purwakarta.
  • Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Kini menjadi Kantor Badan Koordinasi Wilayah IV terletak di Jalan KK. Singawinata.
  • Mesjid Agung, terletak di samping Gedung Negara dibangun pada tahun 1826 pada masa kolonial Belanda. Mesjid ini mulai dipugar pada tahun 1993 dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya, kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1995.
  • Sentra Industri Keramik Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km dari kota Purwakarta. Industri ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1904 menghasilkan keramik berkualitas diekspor ke manca negara antara lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan antara lain gerabah, terakota dan porselen.
  • Industri Kain Songket, diproduksi oleh PT. Sinar sejak tahun 1956 untuk di ekspor ke Brunei dan konsumsi dalam negeri.
  • Kesenian Buncis dan Domyak merupakan kesenian khas Purwakarta disamping wayang golek, celempungan, tari-tarian, degung, ketuk tilu, jaipongan, tungbrung, reog, calung dan kesenian-kesenian daerah lainnya.

Wisata Ziarah

  • Makam RA. Suriawinata. Seorang pendiri kota Purwakarta yang meninggal tahun 1827, beliau merupakan Bupati Karawang ke-9 dimakamkan di tengah Situ Wanayasa.
  • Makam Baing Yusuf adalah makam Syech Baing Yusuf yang meninggal pada tahun 1856 terletak di belakang Mesjid Agung Purwakarta. Ia merupakan seorang ulama besar pada zamannya bermukim di Kaum (Paimbaran Mesjid Agung) Purwakarta dan mendirikan pondok pesantren.
  • Makam Mama Sempur Makam keramat Sempur adalah Makam Mama Sempur, seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered, 14 km dari kota Purwakarta.

Wisata Kuliner

Makanan

  • Sate Maranggi
Yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, banyak juga terdapat rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan bakar, pepes, ayam goreng, ayam bakar (bakakak), lengkap dengan sambal dadakan.
  • Soto Sadang
Soto ini dinamakan Soto Sadang, karena memang lokasi awalnya terletak di Sadang, Purwakarta. Tepatnya di persimpangan jalan raya menuju Jakarta dengan rel kereta api. Tapi semenjak dibangunnya jalan layang, rumah makan ini pindah ke arah kota Purwakarta, yaitu di Jalan Veteran.
 

Oleh-oleh

  • simping
Makanan ini bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis, biasanya berwarna putih, dan rasanya gurih. Terbuat dari tepung beras yang diberi beberapa bumbu.
  • Peuyeum bendul
  • Gula aren Cikeris
  • Manisan pala
  • Teh hijau
  • Colenak
  • Opak
sumber wikipedia

sejarah kabupaten MAJALENGKA (jawa barat)

Kabupaten Majalengka, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Majalengka. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.
Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Majalengka. Kantor Bupati terletak di Pendopo, selatan dari Alun-alun Majalengka berdekatan dengan Masjid Agung Al Imam.

sejarah 
 Pada zaman kerajaan Hindu sampai dengan abad XV di wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan : (1) Kerajaan Talaga dipegang oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung (2) Kerajaan Rajagaluh dipegang oleh Prabu Cakraningrat (3) Kerajaan Sindangkasih, rajanya adalah seorang puteri bernama Nyi Rambutkasih. Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.

Kerajaan Sindangkasih  rajanya seorang putri yang memiliki paras nan cantik dan molek bemama Nyi Rambutkasih adalah seorang yang beragama Hindu fanatic .Kerajaan ini terletak secara geografis berada di Majalengka . Nama Sindangkasih diambil dari Mandala Sindangkasih yang semula tempat merupakan tempat kedudukan Ki Gedeng Sindangkasih yang dijabat oleh puteranya yang bernama Ki Ageng Surawijaya . Semula nama tempat ini terdapat di wilayah Cirebon yang kemudian dibawa oleh penguasa ;yang dise.but Ki Gedeng Sindangkasih yang lama berkedudukan di Sumedang Larang yaitu Majalengka sekarang (menurut De Pacto Gelu dan Talaga) .Nyi Gedeng Sindangkasih atau disebut juga Nyi Ambetkasih dan lebih dikenal lagi adalah Nyi Rambutkasih adalah seorang ratu yang cantik molek, memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, dikagumi serta sangat dihormati oleh rakyatnya adalah istri Prabu Siliwangi. la adalah orang yang dipercaya oleh Prabu Siliwangi untuk memimpin rombongan yang bermaksud pindah ke Pakuwan Pajajaran (Bogor sekarang), kemudian ia menjadi penguasa di Sindangkasih sebagai ibukota Sumedang Larang.
Penguasa di Sindangkasih sebagaimana disebutkan di atas adalah Nyi Rambutkasih. Sejak sekian lama Nyi Rambutkasih mencium akan datangnya Pangeran Muhamad disertai ayahnya Pangeran Panjunan di Sindangkasih dalam rangka mengadakan kegiatan penyebarluasan ajaran agama Islam dan kegiatan ini disambut baik oleh, masyarakat setempat.
Di Padepokan Sindangkasih, Rambutkasih tengah mengadakan pertemuan dengan semua perwira tinggi kerajaan sehubungan dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Pangeran Muhamad. Ketika rapat khusus itu sedang berlangsung datanglah Pangeran Muhamad bersama rombongan dengan maksud ingin ketemu dengan Nyi Rambutkasih selaku ratu di Kerajaan Sindangkasih. Dengan ucapan Alhamdulillahirrobiralamin, yang maksudnya Pangeran Muhamad merasa bersyukur serta bahagia dapat bertemu dengan seorang putri cantrk dan sebagai penguasa di Sumedang Larang, tetapi dengan tidak diduga dalam sekejap Nyi Rambutkasih menghilang.
Bersamaan dengan itu terlontarlah ucapan Pangeran Muhamad : “Madya Langka” yang artinya putri cantik telah hilang (tidak ada), sehingga dari kata-kata itu kemudian orang menyebutnya Majalengka. Sejak itulah kemudian Pangeran Muhamad yang didampingi ayahnya Pangeran Panjunan memerintah di Sumedang Larang/Sindangkasih, selanjutnya pada tanggal 10 Muharam 910 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 1490 M, sesuai dengan perintah Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon menetapkan Pangeran Muhamad.
Pada masa tuanya Pangeran Muhamad menetap di lereng gunung yang berada di sebelah selatan Majalengka sampai akhir hayatnya gunung tersebut kini dikenal dengan sebutan Gunung Margatapa. Adapun Siti Armilah istri Pangeran Muhamad dimakamkan di belakang pendopo (kantor Pemda) Kabupaten Majalengka, yang dikenal dengan sebutan Nyi Gedeng Badori.

Morfologi

Keadaan morfologi dan fisiografi wilayah Kabupaten Majalengka sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian suatu daerah dengan daerah lainnya, dengan distribusi sebagai berikut :
Morfologi dataran rendah yang meliputi Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Dawuan, Kasokandel, Jatiwangi, Sumberjaya, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Cigasong, Majalengka, Leuwimunding dan Palasah. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan ketinggian antara 20-100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di Kecamatan Majalengka tersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%-25%. Morfologi berbukit dan bergelombang meliputi Kecamatan Rajagaluh dan Sukahaji sebelah Selatan, Kecamatan Maja, sebagian Kecamatan Majalengka. Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300-700 m dpl. Morfologi perbukitan terjal meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai, sebagian kecil Kecamatan Rajagaluh, Argapura, Sindang, Talaga, sebagian Kecamatan Sindangwangi, Cingambul, Banjaran, Bantarujeg, Malausma dan Lemahsugih dan Kecamatan Cikijing bagian Utara. Kemiringan di daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400-2000 m di atas permukaan laut.

Geologi

Menurut keadaan geologi yang meliputi sebaran dan struktur batuan, terdapat beberapa batuan dan formasi batuan yaitu Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%), Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%), Eosene seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Jenis-jenis tanah di Kabupaten Majalengka ada beberapa macam, secara umum jenis tanah terdiri atas Latosol, Podsolik, Grumosol, Aluvial, Regosol, Mediteran, dan asosianya. Jenis-jenis tanah tersebut memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang keberhasilan sektor pertanian.

Topografi

Bagian utara wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian selatan berupa pegunungan. Gunung Ciremai (3.076 m) berada di bagian timur, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kuningan. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat, dan merupakan taman nasional, dengan nama Taman Nasional Gunung Ciremai

Kesenian Daerah

Sebagai wilayah yang dilalui oleh dua kebudayaan besar yaitu Sunda & Jawa maka Kabupaten Majalengka memiliki keragaman seni budaya yaitu Sampyong, Wayang Golek, Gaok, Jaipong, Sintren, Tarling, Tari topeng dll.

Objek Wisata


Situ Sangiang di tahun 1918
  1. Kawasan Wisata Prabu Siliwangi
  2. Curug Muara Jaya
  3. Curug Sawer
  4. Situ Sangiang
  5. Talaga Herang
  6. Curug Cipeuteuy
  7. Taman Buana Marga
  8. Perkebunan Teh Cipasung
  9. Cadas Ngampar Sinapeul
  10. Cadas Gantung Sinapeul
  11. Sadarehe
  12. Gunung Buntung
  13. Gunung Malang Loji Awi
  14. Gunung Pakuwon
sumber wikipedia
    Dalam cerita yang berkembang di masyarakat Kota Majalengka, dikisahkan bahwa penamaan Majalengka berasal dari nama sebuah pohon yakni pohon maja. Saat itu Kota Majalengka belum bernama Majalengka. Kota Majalengka berupa sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat fanatik bernama Nyi Rambutkasih, ada pula yang menyebutnya Nyi Ambet Kasih Dahulu, wilayah Majalengka bernama Sindangkasih. Saat ini kata Sindangkasih digunakan sebagai nama sebuah desa di Kota Majalengka. Nyi Rambutkasih adalah sosok seorang ratu yang cantik, sakti, dan bijaksana. Nyi Rambutkasih mampu membuat Sindangkasih menjadi daerah yang aman, tenteram, makmur dan sentosa. Sindangkasih merupakan daerah yang subur. Berbagai tanaman melimpah ruah di daerah ini. Daerah ini dipenuhi hutan yang membentang ke arah utara dan selatan. Dalam hutan itu pohon berbatang lurus dan tinggi dengan bentuk daun kecil-kecil, mendominasi di hutan itu. Pohon itu dinamakan pohon maja. Pohon yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan sakit demam. Suatu hari, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang telah memerintah Cirebon, menitahkan kepada anaknya yang bernama Pangeran Muhammad untuk mendapatkan pohon maja. Ia memberi tugas kepada anaknya karena saat itu warganya sedang terserang penyakit demam. Disebabkan pohon maja memiliki khasiat menyembuhkan demam, maka Pangeran Muhammad pergi bersama istrinya yang bernama Siti Armilah untuk ke daerah Sindangkasih. Mereka tidak hanya diberi tugas mencari pohon maja, melainkan memiliki tugas untuk menyebarkan agama Islam di Sindangkasih, sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin seorang ratu yang fanatik. Nyi Rambutkasih sebagai seorang ratu yang sakti, mengetahui maksud kedatangan Pangeran Muhammad. Ia kemudian mengubah rupa hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan hutan pohon maja. Melihat pohon maja yang dicarinya sudah tidak ada, Pangeran Muhammad pun berkata “Maja Langka” yang berarti pohon maja tidak ada. Dari situlah ihwal penamaan Kota Majalengka sekarang ini. Pangeran Muhammad yang kecewa kemudian memutuskan tidak akan kembali ke Cirebon. Ia bertapa di kaki gunung hingga meninggal. Gunung itu kini bernama Margatapa. Sementara istrinya mendapat amanat dari Pangeran Muhammad sebelum meninggal untuk tetap mencari pohon maja dan menaklukan Nyi Rambutkasih yang fanatik agar bersedia memeluk agama Islam. Nyi Rambutkasih menolak dengan keras ajakan Nyi Siti Armilah, hingga ia berucap:”Aku seorang Ratu pelindung rakyat yang berkelakuan jujur dan baik, sebaliknya aku adalah Ratu yang tak pernah ragu-ragu untuk menghukum rakyatnya yang bertindak curang dan buruk. Dan karena itu aku tak akan mati dan tidak mau mati. Kemudian Nyi Siti Armilah menimpali dengan perkataan,”Jika demikian halnya, makhluk apakah gerangan namanya yang tidak akan mati dan tidak mau mati?” Seiring dengan perkataan Nyi Siti Armilah itu. Nyi Rambutkasih pun lenyap (dalam Bahasa Sunda ngahiang) tanpa meninggalkan bekas kuburnya. Meskipun demikian, beberapa petilasan Nyi Rambutkasih masih dianggap angker, diantaranya Sumur Sindangkasih, Sumur Sundajaya, Sumur Ciasih, dan batu-batu bekas bertapa Nyi Rambutkasih. Setelah peristiwa itu, Nyi Siti Armilah menetap di Kerajaan Sindangkasih dan menyebarkan agama Islam. Ia dimakamkan di samping kali Citangkurak. Di kali Citangkurak tumbuh pohon Badori. Sebelum meninggal, Nyi Siti Armilah beramanat bahwa di dekat kuburannya kelak akan menjadi tempat tinggal penguasa yang mengatur pemerintahan di daerah maja yang langka. Letak makam Nyi Siti Armilah terletak di belakang gedung Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kota Majalengka menamakannya Embah Gedeng Badori dan kerap dikunjungi untuk ziarah. Masyarakat Kota Majalengka sebagian besar masih mempercayai adanya roh Nyi Rambutkasih yang menjaga atau menguasai Kota Majalengka. Selama rakyat kota Majalengka masih berkelakuan jujur dan baik, maka kehidupan di Kota Majalengka akan tetap tenteram, aman, subur, makmur, dan sentosa. Dalam cerita yang berkembang di masyarakat Kota Majalengka, dikisahkan bahwa penamaan Majalengka berasal dari nama sebuah pohon yakni pohon maja. Saat itu Kota Majalengka belum bernama Majalengka. Kota Majalengka berupa sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat fanatik bernama Nyi Rambutkasih, ada pula yang menyebutnya Nyi Ambet Kasih Dahulu, wilayah Majalengka bernama Sindangkasih. Saat ini kata Sindangkasih digunakan sebagai nama sebuah desa di Kota Majalengka. Nyi Rambutkasih adalah sosok seorang ratu yang cantik, sakti, dan bijaksana. Nyi Rambutkasih mampu membuat Sindangkasih menjadi daerah yang aman, tenteram, makmur dan sentosa. Sindangkasih merupakan daerah yang subur. Berbagai tanaman melimpah ruah di daerah ini. Daerah ini dipenuhi hutan yang membentang ke arah utara dan selatan. Dalam hutan itu pohon berbatang lurus dan tinggi dengan bentuk daun kecil-kecil, mendominasi di hutan itu. Pohon itu dinamakan pohon maja. Pohon yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan sakit demam. Suatu hari, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang telah memerintah Cirebon, menitahkan kepada anaknya yang bernama Pangeran Muhammad untuk mendapatkan pohon maja. Ia memberi tugas kepada anaknya karena saat itu warganya sedang terserang penyakit demam. Disebabkan pohon maja memiliki khasiat menyembuhkan demam, maka Pangeran Muhammad pergi bersama istrinya yang bernama Siti Armilah untuk ke daerah Sindangkasih. Mereka tidak hanya diberi tugas mencari pohon maja, melainkan memiliki tugas untuk menyebarkan agama Islam di Sindangkasih, sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin seorang ratu yang fanatik. Nyi Rambutkasih sebagai seorang ratu yang sakti, mengetahui maksud kedatangan Pangeran Muhammad. Ia kemudian mengubah rupa hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan hutan pohon maja. Melihat pohon maja yang dicarinya sudah tidak ada, Pangeran Muhammad pun berkata “Maja Langka” yang berarti pohon maja tidak ada. Dari situlah ihwal penamaan Kota Majalengka sekarang ini. Pangeran Muhammad yang kecewa kemudian memutuskan tidak akan kembali ke Cirebon. Ia bertapa di kaki gunung hingga meninggal. Gunung itu kini bernama Margatapa. Sementara istrinya mendapat amanat dari Pangeran Muhammad sebelum meninggal untuk tetap mencari pohon maja dan menaklukan Nyi Rambutkasih yang fanatik agar bersedia memeluk agama Islam. Nyi Rambutkasih menolak dengan keras ajakan Nyi Siti Armilah, hingga ia berucap:”Aku seorang Ratu pelindung rakyat yang berkelakuan jujur dan baik, sebaliknya aku adalah Ratu yang tak pernah ragu-ragu untuk menghukum rakyatnya yang bertindak curang dan buruk. Dan karena itu aku tak akan mati dan tidak mau mati. Kemudian Nyi Siti Armilah menimpali dengan perkataan,”Jika demikian halnya, makhluk apakah gerangan namanya yang tidak akan mati dan tidak mau mati?” Seiring dengan perkataan Nyi Siti Armilah itu. Nyi Rambutkasih pun lenyap (dalam Bahasa Sunda ngahiang) tanpa meninggalkan bekas kuburnya. Meskipun demikian, beberapa petilasan Nyi Rambutkasih masih dianggap angker, diantaranya Sumur Sindangkasih, Sumur Sundajaya, Sumur Ciasih, dan batu-batu bekas bertapa Nyi Rambutkasih. Setelah peristiwa itu, Nyi Siti Armilah menetap di Kerajaan Sindangkasih dan menyebarkan agama Islam. Ia dimakamkan di samping kali Citangkurak. Di kali Citangkurak tumbuh pohon Badori. Sebelum meninggal, Nyi Siti Armilah beramanat bahwa di dekat kuburannya kelak akan menjadi tempat tinggal penguasa yang mengatur pemerintahan di daerah maja yang langka. Letak makam Nyi Siti Armilah terletak di belakang gedung Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kota Majalengka menamakannya Embah Gedeng Badori dan kerap dikunjungi untuk ziarah. Masyarakat Kota Majalengka sebagian besar masih mempercayai adanya roh Nyi Rambutkasih yang menjaga atau menguasai Kota Majalengka. Selama rakyat kota Majalengka masih berkelakuan jujur dan baik, maka kehidupan di Kota Majalengka akan tetap tenteram, aman, subur, makmur, dan sentosa.

    Dalam cerita yang berkembang di masyarakat Kota Majalengka, dikisahkan bahwa penamaan Majalengka berasal dari nama sebuah pohon yakni pohon maja. Saat itu Kota Majalengka belum bernama Majalengka. Kota Majalengka berupa sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat fanatik bernama Nyi Rambutkasih, ada pula yang menyebutnya Nyi Ambet Kasih Dahulu, wilayah Majalengka bernama Sindangkasih. Saat ini kata Sindangkasih digunakan sebagai nama sebuah desa di Kota Majalengka. Nyi Rambutkasih adalah sosok seorang ratu yang cantik, sakti, dan bijaksana. Nyi Rambutkasih mampu membuat Sindangkasih menjadi daerah yang aman, tenteram, makmur dan sentosa. Sindangkasih merupakan daerah yang subur. Berbagai tanaman melimpah ruah di daerah ini. Daerah ini dipenuhi hutan yang membentang ke arah utara dan selatan. Dalam hutan itu pohon berbatang lurus dan tinggi dengan bentuk daun kecil-kecil, mendominasi di hutan itu. Pohon itu dinamakan pohon maja. Pohon yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan sakit demam. Suatu hari, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang telah memerintah Cirebon, menitahkan kepada anaknya yang bernama Pangeran Muhammad untuk mendapatkan pohon maja. Ia memberi tugas kepada anaknya karena saat itu warganya sedang terserang penyakit demam. Disebabkan pohon maja memiliki khasiat menyembuhkan demam, maka Pangeran Muhammad pergi bersama istrinya yang bernama Siti Armilah untuk ke daerah Sindangkasih. Mereka tidak hanya diberi tugas mencari pohon maja, melainkan memiliki tugas untuk menyebarkan agama Islam di Sindangkasih, sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin seorang ratu yang fanatik. Nyi Rambutkasih sebagai seorang ratu yang sakti, mengetahui maksud kedatangan Pangeran Muhammad. Ia kemudian mengubah rupa hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan hutan pohon maja. Melihat pohon maja yang dicarinya sudah tidak ada, Pangeran Muhammad pun berkata “Maja Langka” yang berarti pohon maja tidak ada. Dari situlah ihwal penamaan Kota Majalengka sekarang ini. Pangeran Muhammad yang kecewa kemudian memutuskan tidak akan kembali ke Cirebon. Ia bertapa di kaki gunung hingga meninggal. Gunung itu kini bernama Margatapa. Sementara istrinya mendapat amanat dari Pangeran Muhammad sebelum meninggal untuk tetap mencari pohon maja dan menaklukan Nyi Rambutkasih yang fanatik agar bersedia memeluk agama Islam. Nyi Rambutkasih menolak dengan keras ajakan Nyi Siti Armilah, hingga ia berucap:”Aku seorang Ratu pelindung rakyat yang berkelakuan jujur dan baik, sebaliknya aku adalah Ratu yang tak pernah ragu-ragu untuk menghukum rakyatnya yang bertindak curang dan buruk. Dan karena itu aku tak akan mati dan tidak mau mati. Kemudian Nyi Siti Armilah menimpali dengan perkataan,”Jika demikian halnya, makhluk apakah gerangan namanya yang tidak akan mati dan tidak mau mati?” Seiring dengan perkataan Nyi Siti Armilah itu. Nyi Rambutkasih pun lenyap (dalam Bahasa Sunda ngahiang) tanpa meninggalkan bekas kuburnya. Meskipun demikian, beberapa petilasan Nyi Rambutkasih masih dianggap angker, diantaranya Sumur Sindangkasih, Sumur Sundajaya, Sumur Ciasih, dan batu-batu bekas bertapa Nyi Rambutkasih. Setelah peristiwa itu, Nyi Siti Armilah menetap di Kerajaan Sindangkasih dan menyebarkan agama Islam. Ia dimakamkan di samping kali Citangkurak. Di kali Citangkurak tumbuh pohon Badori. Sebelum meninggal, Nyi Siti Armilah beramanat bahwa di dekat kuburannya kelak akan menjadi tempat tinggal penguasa yang mengatur pemerintahan di daerah maja yang langka. Letak makam Nyi Siti Armilah terletak di belakang gedung Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kota Majalengka menamakannya Embah Gedeng Badori dan kerap dikunjungi untuk ziarah. Masyarakat Kota Majalengka sebagian besar masih mempercayai adanya roh Nyi Rambutkasih yang menjaga atau menguasai Kota Majalengka. Selama rakyat kota Majalengka masih berkelakuan jujur dan baik, maka kehidupan di Kota Majalengka akan tetap tenteram, aman, subur, makmur, dan sentosa.

    Sumber:wikipedia

    Tanda atau Ciri-ciri Wanita yang Masih atau Sudah Tidak Perawan

    Pastinya semua cowok menginginkan untuk mendapatkan cewek yang masih peran. Betul saudara-daudara?
    Sayangnya, di zaman sekarang ini, seks bebas (free sex) sudah menjadi sebuah tren mode yang banyak diikuti oleh anak muda, baik cowok atau cewek, pria atau wanita.
    Bagaimana caranya mengetahui apakah wanita atau cewek idaman yang in

    gin Anda gebet dan dijadikan pacar, sampai Anda jadikan istri (mungkin) itu masih perawan atau sudah tidak perawan?
    Berikut ini ciri-ciri wanita yang masih perawan:

    1. DILIHAT DARI CARANYA BERJALAN
    Saat Anda berjumpa dengan wanita, perhatikan:
    Jika wanita tersebut berjalan sambil menggendong anaknya, berarti wanita itu SUDAH TIDAK PERAWAN!

    2. SAAT KITA MENYATAKAN CINTA
    Nah jika Anda baru saja ngomong cinta kepada seorang wanita, tunggu beberapa hari dan lihat reaksinya,
    Jika ternyata ada seseorang datang ke rumah Anda dan mengacungkan golok, terus teriak marah2 sambil berkata:
    “Kutu Kampret Berani ya Loe nembak bini gue”!
    Nah itu artinya cewek tersebut sudah punya suami, 100% akurat dan bisa di pastikan kalau wanita itu sudah tidak perawan lagi.
    *Ingat, jauhi wanita seperti itu kalau Anda tidak mau babak belur dipukulin sama suaminya

    3. DILIHAT DARI BENTUK TUBUHNYA
    Jika perutnya terlihat mendadak buncit dalam beberapa bulan, jelas sekali wahai saudara, kalau wanita itu sudah TIDAK PERAWAN lagi

    5. DILIHAT DARI LEHERNYA
    Kalau yang satu ini, kita harus teliti memperhatikan leher wanita sebelum dijadikan pacar,
    siapa tau wanita itu sudah tidak perawan lagi.
    Jika terdapat tonjolan pada leher bagian depan wanita itu.
    Berarti wanita itu tidak perawan karena bisa dipastikan dia bukan wanita, tapi WARIA

    6. DILIHAT DARI DADANYA
    Dada seorang wanita sangat menentukan kalau dia masih perawan atau tidak.
    Dan dibutuhkan nyali besar untuk melakukannya.
    Jika dada wanita kita pegang terasa agak keras dan berbulu, itu tandanya dia bukan WANITA, melainkan LAKI-LAKI

    7. DILIHAT DARI NAMANYA
    Kalau ada seorang wanita yang bernama Gadis, maka cepat nikahi wanita itu. Rugi banget kalau sampe diduluin orang, kan enak tuh kalau kita nanti sudah tua, istri kita nanti disebut Gadis. Keren kan…
    *yang ini sebenarnya tidak ada kaitannya sama keperawanan

    8. DILIHAT DARI CARA DIA MEMBACA
    Karena begitu seriusnya membaca postingan tentang ciri-ciri wanita yang masih atau sudah tidak perawan ini, dia baru sadar kalau nomor 4 ternyata tidak ada

    9. DILIHAT DARI CARA DIA KALAU SUDAH MEMBACA
    Sadar kalau nomor 4 tidak ada, dia langsung kembali lihat keatas dan berkata:
    “Oh iya nomor 4 tidak ada…”
    *abis itu nyengir deh

    5 Keajaiban Kuno Khas Timur Tengah


    Madain Saleh, Arab Saudi

    SETIDAKNYA, sembilan keajaiban kuno dimiliki Bangsa Timur Tengah. Masing-masing menyimpan sejarah yang menakjubkan.
    Berikut ulasannya, seperti dilansir CNN, Jumat (6/1/2011):

    Crac des Chevaliers, Syria
    Tempat ini merupakan peninggalan kastil bekas Perang Salib di Abad ke-11 yang dulunya didiami Bangsa Kurds. Kini, tempat ini merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

    Mada'in Saleh, Arab Saudi
    Situs arkeologi pra-Islam ini merupakan situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Arab Saudi. Keutamaan situs adalah adanya sisa-sisa peradaban Nabatean yang hidup lebih dari 1,000 tahun yang lalu. Situs ini merupakan situs kerajaan terbesar setelah Petra di Jordan.

    Troy, Turki
    Pertama kali didiami oleh manusia pada masa Perunggu, Troy merupakan salah satu situs kuno yang paling terkenal di dunia. Situs ini merupakan tempat dimana terjadinya Perang Troy antara bangsa Spartan dan Achaean dari Yunani pada abad ke-13 dan ke-12 sebelum Masehi.

    Carthage, Tunisia
    Situs ini ditemukan oleh orang Fenisian pada abad ke-9 sebelum Masehi di Teluk Tunis. Karena lokasinya strategis, tempat ini dijadikan tempat perdagangan kerajaan Mediterania. Carthage kemudian dihancurkan oleh bangsa Roma pada abad ke-146 sebelum Masehi saat Perang Punic. Kemudian, di reruntuhan ini bangsa Roma membangun ulang Carthage dengan desain khas Romawi kuno.

    Babylon, Irak
    Taman Gantung Babilonia yang terletak di pusat kota Mesopotamia kuno merupakan salah satu keajaiban dunia. Reruntuhan yang berasal dari peninggalan Raja Nebuchadnezzar I pada tahun 605-563 sebelum Masehi ini merupakan pengingat bagi sejarah kuno Irak yang kaya.



    sumber oke zone

    apa Yang di Takutkan israel Pada Islam?


    Ketika Rombongan Syaikh Maulana Tariq Jamil Selesai Menunaikan Shalat Subuh
    Di Salah Satu Mesjid Dekat Perbatasan (Al Hudud)
    Tiba-Tiba Seorang Tentara Israel Dari Luar Melihat Ke Arah Dalam Mesjid Setelah Melihat Sebentar,
    Lalu Tentara Israel Itu Langsung Pergi ,.Maka Syaikh Maulan Tariq Jamil Menghampiri Tentara Israel Itu Dan Bertanya ;
    ,-Apa Yang Dia Tadi Lakukan-,
    " Saya Hanya Ingin Melihat Berapa Jumlah Orang Islam Yang Hadir Shalat Subuh Di Mesjid.."
    ~Kata Tentara Israel Itu~„
    Syaikh Maulana Tariq Jamil Sambil Keheranan Bertanya ,
    Kenapa ?
    Tentara Israel Pun Menjawab, :
    Di Dalam Kitab Kami (Kitab Taurat) Ada Tertulis.'
    "Jika Di Seluruh Dunia Jumlah Orang Islam Yang Hadir Untuk Shalat Subuh Berjama'ah Di Mesjid Sama Banyak Dengan Jumlah Jama'ah Shalat Jum'at"
    Maka,,
    'Saat Itu Israel Akan Hancur'
    "~Tetapi Ketika Tadi Saya Lihat Di Mesjid Jumlah Orang Islam Yang Datang Untuk Shalat Subuh.Berjama'ah Masih Sedikit~"
    Maka,,
    Hati Saya Tenang, Karena Ummat Islam Pasti Tidak Akan Dapat Kalahkan Kami"-
    Untuk Itu Kepada Kaum Muslimin Di Seluruh Dunia Di Mana Pun Berada
    Mari Kita Tingkatkan Keberjama'ahan Shalat Subuhnya Agar Kita Mampu Menghacurkan Israel
    Khususnya Dorong Dan Bantu Dengab Doa Untuk Akhwatkum Ikhwankum Di Palestin Khususnya Gaza


    sumber zilzaal

    Rahasia Ketangguhan pejuang palestina


    Mereka menjadi kuat dan mulya karena menjalani hidup sepenuhnya diatas agama NYA ”
    ….Saya lalu teringat pada sebuah moment 10 tahun lalu ketika tokoh dan pemimpin perjuangan mereka ditanya dalam sebuah forum ,” Apa rahasianya sehingga pejuang pejuang Palestina memiliki semangat , kesabaran dan keberanian perjuangan yang sangat menakjubkan ?”
    ” Kuncinya adalah ini ,kami mendidik generasi kami dengan ini ,” jawab sang tokoh tersebut sambil mengacungkan mushaf Al Quran…..
    Nah sahabat sahabatku , kali ini saya ingin mengajakmu menelusuri fakta kehidupan manusia manusia Gaza lebih jauh , bagaimana wujud denyut realitas Qur’ani ditengah tengah mereka :

    1.Saat sejumlah anggota DPR RI kita dari komisi 1 berkunjung ke kota Gaza pada pertengahan 2010 , anggota dewan kita mendapati fakta yang unik.
    Apa itu ?
    Ketika tiba waktu sholat dhuhur ,para anggota dewan kita menanyakan dimana tempat untuk mengambil air wudhu. Yang aneh ,setelah mereka menuju ketempat ber wudhu itu , tidak satupun pejabat pejabat Gaza yang kelihatan ikut berwudhu.
    Ketika ditanya mengapa mereka tidak ikut berwudhu , inilah jawaban mereka :
    ” Kami semua disini terbiasa dalam keadaan berwudhu , sebab kota Gaza ini adalah kota yang sewaktu waktu bisa di serang dan dihancurkan oleh Israel . Nah dengan keadaan selalu berwudhu , berarti kami sudah dalam keadaan suci ketika terbunuh dan mati syahid menghadap Allah ”

    2.Masih juga bersumber dari berita yang dibawa pulang oleh anggota dewan kita seperti yang saya ceritakan diatas, ada potret lain yang tidak kalah mengagumkannya.
    Disebuah tenda pengobatan umum yang didirikan oleh dokter dokter relawan yang datang dari seluruh dunia untuk membantu menangani korban pasca serangan Israel ke Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009 , ada seorang anak laki laki usia SD yang keluar masuk berjualan minuman.
    Dokter dokter yang tengah bekerja di tempat itu merasa iba , lalu mereka mengumpulkan uang diantara mereka untuk diberikan kepada anak SD itu .Setelah terkumpul banyak dan ketika hendak diberikan kepada anak laki laki ‘pedagang asongan itu’ , tiba tiba terucaplah kalimat mulya ini :
    ” Dokter ,rezeki yang saya terima dari Allah dari berjualan minuman ini sudah cukup.Jadi sebaiknya uang ini berikan saja kepada pemuda pemuda pejuang kami yang berjihad berperang melawan Yahudi Israel ”

    3.Para pejuang Gaza yang pemberani selalu saja menjadi idola anak anak kecil disana .Tetapi mereka tidak mudah menemukan pemuda pemuda pejuang itu dalam kehidupan normal , karena mereka menyembunyikan identitas diri mereka sebagai pejuang demi keamanan gerak mereka .
    Tetapi ada fakta unik tentang cara menemukan mereka .Ketika para ibu ditanya oleh anak anak mereka dimana mereka bisa berjumpa dan menemukan para pejuang Gaza yang tergabung dalam HAMAS itu, ibu ibu itu akan berkata :
    ” Temukan mereka dibelakang imam sholat lima waktu dimasjid masjid tempat kalian sholat. Sebab para pejuang itu selalu berusaha menempati posisi tepat dibelakang imam sholat sata mereka melaksankan sholat lima waktu “.
    Ya spirit Qur’ani begitu kuat dalam denyut kehidupan ibadah mereka , sehingga mereka selalu berusaha TEPAT WAKTU dan BERADA DI SHAF TERDEPAN DI BELAKANG IMAM saat sholat lima waktu.

    4.Pada serangan Israel ke Gaza Desember 2008 – Januari 2009 terungkap fakta penting ini.
    Walaupun Israel datang dengan kekuatan tentara yang sangat besar yaitu 147.000 pasukan dan Gaza hanya dipertahankan oleh hanya 20.000 pejuang ,Gaza tidak bisa dikuasai bahkan Israel minta gencatan sejata terlebih dahulu.
    Nah selama perang berlangsung itu , pejuang pejuang Gaza selama berada di parit parit pertempuran dan menunggu terjadinya moment moment tembak menembak berikut nya yang tidak pasti kapan akan berlangsung lagi , mereka mengisi waktu waktu luang dengan banyak membaca Al Quran yang mereka hafal , sehingga jiwa mereka lebih TENANG , KUAT ,BERANI dan BERPASRAH TOTAL kepada ALLAH

    5.Pada Maret 2009 saya menerima kiriman foto yang masuk ke kota email saya dari seorang kawan .
    Yang menakjubkan semua foto itu ternyata menampilkan gambar para penduduk Gaza , mulai dari yang anak anak hingga yang lanjut usia yang kelihatan tetap sholat berjamaah diatas reruntuhan masjid yang sudah diluluhlantakkan oleh serangan brutal Israel.
    Itulah denyut kehidupan Qur’ani sehari hari yang telah membentuk manusia manusia Gaza menjadi pejuang pejuang yang TANGGUH dan MULYA hingga serangan Israel yang brutal itu terjadi lagi dalam hari hari ini .



    sumber zilzaal

    fakta Keanehan di Jalur Gaza

    GAZA, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.
    Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

    Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

    Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.

    Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

    Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.

    Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

    Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza

    Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

    Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

    Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

    Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

    Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

    Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

    Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

    SuaraTak Bersumber

    Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

    Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
    Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
    “Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
    Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
    Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
    Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
    Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya

    Saksi Serdadu Israel
    Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
    Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
    “Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.


    sumber zilzaal.blogspot

    Perlawanan Palestina Semakin Berkembang

    Agresi Israel ke Jalur Gaza antara 14 hingga 23 November dihadapi perlawanan Palestina dengan menyebut “pertempuran Hijaratus Sijjil”.  Dalam setiap serangan yang digelar, Israel ingin melihat perkembangan kemampuan perlawanan dan senjatanya. Dalam menghadapi serangan Israel pada beberapa lalu, kelom perlawanan melakukan dengan penuh hati-hati dan tidak menunjukkan potensi terbarunya. Inilah yang membuat Israel terus menggelar serangan demi serangan agar perlawanan menunjukkan perkembangannya. Pada saat yang sama, ada banyak statemen memojokkan gerakan perlawanan. “Roket-roket sia-sia, tidak sepadan dengan pertempuran yang ada” “Hamas sedang melempem dan lebih tenang dengan kekuasaan di Gaza dan tidak lagi berfikir menghadapi Israel” dan lain-lain.
    Pertempuran Hijaratus Sijjil membuktikan bahwa Hamas dan perlawanan lainnya di Jalur Gaza tidak tidur sejak perang Al-Furqan tahun 2008-2009 dan tidak meninggalkan perlawanan. Bahkan sejak itu ia mempersiapkan diri memasuki pertempuran yang menentikan di masa mendatang yang tak akan bisa dihindarkan. Berikut fenomena perkembangan baru kemampuan perlawanan Palestina:

    1.Tak seorang pun di kalangan perlawanan Palestina di Gaza merasa kalangkabut, kecuali hanya prosedur keamanan yang ketat dalam menghadapi suasana konfrontasi dengan Israel.

    2.Penggunaan senjata roket saja dari senjata perlawanan dan belum menggunakan senjata lainnya dan itu hanya prosentase kecil di banding senjata lainnya yang dimiliki perlawanan.

    3.Serangan roket secara intens dimulai langsung setelah komandan Al-Qassam, Asy-Syahid Ahmad Al-Ja’bari dengan 100 roket, disusul kemudian dengan 527 roket di hari berikutnya. Ini prosentase paling tinggi dalam sejarah bangsa Palestina dalam sehari.

    4.Penggunaan paling tinggi dalam serangan roket dalam perang Al-Furqan seperti roket Grad dan roket 107.

    5.Untuk pertama kalinya dalam sejarah konflik Palestina – Israel, perlawanan menggunakan roket Fajar 5 dan roket buatan local Palestina sejenis M75 yang jarak tempuhnya mencapai lebih dari 75 hingga 85 km.

    6.Untuk pertama kalinya perlawanan membidik lebih dari 10 pesawat tempur Israel dengan berbagai jenisnya dan mampu menjatuhkan 4 pesawat tempur dari berbagai jenis.

    7.Perlawanan Palestina menunjukkan kemampuan yang tidak dimiliki sebelumnya dengan lebih akurat dalam serangan roket ke Israel.

    8.Perlawanan Palestina memiliki kemampuan psikologi tinggi dalam peperangan. Mereka berani menggempur kota-kota utama Israel seperti Tel Aviv, Jerusalem, Ramata Gan dan Hertezelia.

    9.Perlawanan Palestina menunjukkan kemampuan peperangan baru sebab pesawat tempur Israel dan agennya tidak mampu menemukan titik peluncur roket. Sebab roket itu dilepaskan dengan cara elektronik dan dikendalikan dari jauh. Kebanyakan dilepaskan dari persembunyian bawah tanah.

    10.Untuk pertama kalinya, perlawanan tempur mampu membidik kapal tempur Israel dan mengenainya.

    11.Sangat jelas, perlawanan Palestina mampu mengelabui Israel soal keberadaan gudang senjata, peluncur roket dan terowongan bawah tanah. Berkali-kali Israel menyerang tanah kosong yang diyakini berdasarkan informasi intelijen sebagai gudang senjata.

    12.Kemampuan perlawanan Palestina berkembang dengan membidik target musuh baik yang diam atau bergerak kemudian dijadikan target dengan akurat, seperti membidik Jeep militer Israel di Gaza Timur yang masuk ke wilayah dalam 3 km.

    13.Rakyat Palestina menunjukkan pembelaan mereka terhadap seluruh faksi-faksi Palestina.

    Perkembangan baru perlawanan itu juga bisa dilihat dalam bentuk berikut:

    1.Perlawanan Palestina sangat tenang bersikap.

    2.Intensitas serangan roket menunjukkan besarnya gudangnya roket perlawanan Palestina.

    3.Bisa jadi perlawanan Palestina memiliki roket dengan jarak tempuh lebih jauh dan baik dari Fajar 5 dan M75.

    4.Perlawanan Palestina juga memanfaatkan pengalaman Hizbullah dalam perang 2006 dalam menyembunyikan pelontar dan gudang senjata serta terowongan bawah tanahnya.

    5.Perlawanan Palestina memiliki senjata dan system persenjataan laut dan ini akan terus berkembang.

    6.Rakyat Palestina sudah percaya penuh kepada perlawanan dan memelihara dan melindungi mereka, ini sebagai factor keberhasilan perlawanan. Selain itu ada factor dukungan regional Arab dan dunia Islam terhadap Gaza berupa kunjungan yang mengalir ke sana.

    7.Pertempuran Hijaratus Sijjil adalah peluang (meski menyakitkan) untuk menguji perlawanan dan kemampuannya yang terus berkembang. Sebab perlawanan tidak bisa melakukan maneuver latihan militer terbuka seperti  Negara-negara biasa. Namun itu menjadi tantangan bagi mereka dan mampu dijalani dengan baik. Ke depan, mereka pasti lebih kreatif dengan taufiq dari Allah.


    sumber  zilzaal

    pengertian sujud tilawah

    Apakah Sujud Tilawah Mesti Menghadap Kiblat?
    Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun menutup aurat dan menghadap kiblat, maka ada ulama yang mengatakan bahwa hal itu disyariatkan be
    rdasarkan kesepakatan ulama.” (Nailul Author, 4/467, Asy Syamilah)
    Namun karena sujud tilawah bukanlah shalat, maka tidak disyari’atkan untuk menghadap kiblat. Akan tetapi, yang lebih utama adalah tetap dalam keadaan menghadap kiblat dan tidak boleh seseorang meninggalkan hal ini kecuali jika ada udzur. Jadi, menghadap kiblat bukanlah syarat untuk melakukan sujud tilawah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/450)
    Bagaimana Tata Cara Sujud Tilawah bagi Orang yang Sedang Berjalan atau Berkendaraan?
    Siapa saja yang membaca atau mendengar ayat sajadah sedangkan dia dalam keadaan berjalan atau berkendaraan, kemudian ingin melakukan sujud tilawah, maka boleh pada saat itu berisyarat dengan kepalanya ke arah mana saja. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/450 dan lihat pula Al Mughni)

    وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ السُّجُودِ عَلَى الدَّابَةِ فَقَالَ : اسْجُدْ وَأَوْمِئْ.

    Dari Ibnu ‘Umar: Beliau ditanyakan mengenai sujud (tilawah) di atas tunggangan. Beliau mengatakan, “Sujudlah dengan isyarat.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

    Bacaan Ketika Sujud Tilawah

    Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika shalat. Ada beberapa bacaan yang bisa kita baca ketika sujud di antaranya:
    1. Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca:

    سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

    “Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi] (HR. Muslim no. 772)

    2. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a ketika ruku’ dan sujud:

    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

    “Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)

    3. Dari ‘Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sujud membaca:

    اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

    “Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Muslim no. 771)

    Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana tersebar di berbagai buku dzikir dan do’a adalah berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya. Bacaan tersebut terdapat dalam hadits berikut:

    1. Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:

    سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

    “Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasa-i)

    2. Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat diriku sendiri di malam hari sedangkan aku tertidur (dalam mimpi). Aku seakan-akan shalat di belakang sebuah pohon. Tatkala itu aku bersujud, kemudian pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkan:

    اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِى بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا وَضَعْ عَنِّى بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَا لِى عِنْدَكَ ذُخْرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّى كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ

    “Allahummaktub lii bihaa ‘indaka ajron, wa dho’ ‘anniy bihaa wizron, waj’alhaa lii ‘indaka dzukhron, wa taqqobbalhaa minni kamaa taqobbaltahaa min ‘abdika dawuda”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

    Kedua hadits di atas terdapat perselisihan ulama mengenai statusnya. Untuk hadits pertama dikatakan shahih oleh At Tirmidzi, Al Hakim, An Nawawi, Adz Dzahabi, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Al Albani dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali. Sedangkan tambahan “Fatabaarakallahu ahsanul kholiqiin” dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi dan An Nawawi. Namun sebagian ulama lainnya semacam guru dari penulis Shahih Fiqih Sunnah, gurunya tersebut bernama Syaikh Abi ‘Umair dan menilai bahwa hadits ini lemah (dho’if).
    Sedangkan hadits kedua dikatakan hasan oleh At Tirmidzi. Menurut Al Hakim, hadits kedua di atas adalah hadits yang shahih. Adz Dzahabi juga sependapat dengannya.
    Sedangkan ulama lainnya menganggap bahwa hadits ini memang memiliki syahid (penguat), namun penguat tersebut tidak mengangkat hadits ini dari status dho’if (lemah). Jadi, intinya kedua hadits di atas masih mengalami perselisihan mengenai keshahihannya. Oleh karena itu, bacaan ketika sujud tilawah diperbolehkan dengan bacaan sebagaimana sujud dalam shalat seperti yang kami contohkan di atas.

    Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah- mengatakan,

    أَمَّا أَنَا فَأَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى

    “Adapun (ketika sujud tilawah), maka aku biasa membaca: Subhaana robbiyal a’laa” (Al Mughni, 3/93, Asy Syamilah)

    Dan di antara bacaan sujud dalam shalat terdapat pula bacaan “Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin”, sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Ali yang diriwayatkan oleh Muslim.

    Hukum Sujud Tilawah Ditujukan pada Siapa Saja?

    1. Sujud tilawah ditujukan untuk orang yang membaca Al Qur’an dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama, baik ayat sajadah dibaca di dalam shalat ataupun di luar shalat.
    2. Lalu bagaimana untuk orang yang mendengar bacaan Qur’an dan di sana terdapat ayat sajadah? Apakah dia juga dianjurkan sujud tilawah?

    Dalam kasus kedua ini terdapat perselisihan di antara para ulama.

    Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah dianjurkan untuk sujud tilawah, walaupun orang yang membacanya tidak melakukan sujud. Pendapat pertama ini dipilih oleh Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i, dan salah satu pendapat Imam Malik.
    Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah ikut bersujud jika dia menyimak bacaan dan jika orang yang membaca ayat sajadah tersebut ikut bersujud. Pendapat kedua ini dipilih oleh Imam Ahmad dan salah satu pendapat Imam Malik. Inilah pendapat yang lebih kuat.

    Dalil dari pendapat kedua ini adalah dua hadits shahih berikut:

    Hadits Ibnu ‘Umar: “Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    Ibnu Mas’ud pernah mengatakan pada Tamim bin Hadzlam yang saat itu adalah seorang pemuda (ghulam), -tatkala itu dia membacakan pada Ibnu Mas’ud ayat sajadah-,

    اسْجُدْ فَإِنَّكَ إِمَامُنَا فِيهَا

    “Bersujudlah karena engkau adalah imam kami dalam sujud tersebut.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq). Al Bukhari membawakan hadits Ibnu ‘Umar di atas dan riwayat Ibnu Mas’ud ini pada Bab “Siapa yang sujud karena sujud orang yang membaca Al Qur’an (ayat sajadah).”

    Perhatian: Disyariatkan bagi orang yang mendengar bacaan ayat sajadah kemudian dia ikut bersujud adalah apabila orang yang diikuti termasuk orang yang layak jadi imam. Jadi, apabila orang yang diikuti tadi adalah anak kecil (shobiy) atau wanita, maka orang yang mendengar bacaan ayat sajadah tadi tidak perlu ikut bersujud. Inilah pendapat Qotadah, Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Ishaq. (Lihat Al Mughni, 3/98)

    Bolehkah Melakukan Sujud Tilawah di Waktu Terlarang untuk Shalat?

    Sujud tilawah boleh dilakukan di waktu terlarang untuk shalat. Alasannya, karena sujud tilawah bukanlah shalat. Sedangkan larangan shalat di waktu terlarang adalah larangan khusus untuk shalat. Inilah pendapat yang lebih kuat di antara pendapat para ulama. Inilah pendapat Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnu Hazm. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

    Bagaimana Ketika Membaca Ayat Sajadah, Luput Dari Sujud Tilawah?

    Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah atau mendengarnya langsung bersujud setelah membaca ayat tersebut, walaupun mungkin telat beberapa saat. Namun, apabila sudah lewat waktu yang cukup lama antara membaca ayat dan sujud, maka tidak ada anjuran sujud sahwi karena dia sudah luput dari tempatnya. Inilah pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

    Sujud Tilawah Ketika Shalat

    Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah dalam shalat baik shalat wajib maupun shalat sunnah agar melakukan sujud tilawah. Inilah pendapat mayoritas ulama. Hal ini dianjurkan pada shalat jama’ah atau sendirian dan shalat siriyah (shalat dengan suara lirih seperti pada shalat zhuhur dan ashar) atau shalat jariyah (shalat dengan suara keras seperti pada shalat maghrib dan isya).

    عَنْ أَبِى رَافِعٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ الْعَتَمَةَ فَقَرَأَ ( إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ ) فَسَجَدَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِى الْقَاسِمِ - صلى الله عليه وسلم - فَلاَ أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ

    Dari Abu Rofi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ (shalat ‘atamah) bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rofi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rofi’ mengatakan, “Aku tidaklah pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat ini.” (HR. Bukhari no. 768 dan Muslim no. 578)

    Namun bagaimana jika shalatnya adalah shalat siriyah semacam shalat zhuhur dan shalat ashar? Pada shalat tersebut, makmum tidak mendengar kalau imam membaca ayat sajadah.

    Sebagian ulama Hanabilah mengatakan bahwa imam terlarang untuk membaca ayat sajadah dalam shalat yang tidak dijaherkan suaranya (dikeraskan suaranya). Jika imam tersebut tetap membaca ayat sajadah dalam shalat semacam itu, maka tidak perlu ada sujud. Pendapat ini juga adalah pendapat Imam Abu Hanifah. Alasan dari pendapat ini adalah agar tidak membuat kebingungan pada makmum.

    Namun ulama Syafi’iyah tidaklah melarang hal ini. Karena tugas makmum hanyalah mengikuti imam. Jadi jika imam melakukan sujud tilawah, maka makmum hanya manut saja dan dia ikut sujud. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا

    “Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbirlah. Jika imam sujud, maka bersujudlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    Begitu pula apabila seorang makmum tatkala dia berada jauh dari imam sehingga tidak bisa mendengar bacaannya atau makmum tersebut adalah seorang yang tuli, maka dia harus tetap sujud karena mengikuti imam.

    Pendapat kedua inilah yang lebih tepat. Inilah pendapat yang juga dipilih oleh Ibnu Qudamah. (Lihat Al Mughni, 3/104)

    Terlarang Meloncati Ayat Sajdah Karena Alasan Supaya Tidak Sujud

    Ibnu Qudamah mengatakan, “Dimakruhkan melakukan ikhtishorus sujud yaitu melompati ayat sajadah agar tidak bersujud. Yang berpendapat seperti ini adalah Asy Sya’bi, An Nakho’i, Al Hasan, Ishaq. Sedangkan An Nu’man, sahabatnya Muhammad dan Abu Tsaur memberi keringanan dalam hal ini.” Ibnu Qudamah lalu mengatakan,

    وَلَنَا أَنَّهُ لَيْسَ بِمَرْوِيٍّ عَنْ السَّلَفِ فِعْلُهُ ، بَلْ كَرَاهَتُهُ

    “Menurut kami, tidak ada diriwayatkan dari seorang salaf pun yang melakukan semacam ini (yaitu melompati ayat sajadah agar tidak melakukan sujud tilawah), bahkan mereka (para salaf) memakruhkan hal ini.” (Lihat Al Mughni, 3/103)

    Bagaimana Jika Ayat Sajadah Berada Di Akhir Surat?

    Surat yang terdapat ayat sajadah di akhir adalah seperti surat An Najm ayat 62 dan surat Al ‘Alaq ayat 19. Maka ada tiga pilihan dalam kasus ini.

    1. Ketika membaca ayat sajadah lalu melakukan sujud tilawah kemudian setelah itu berdiri kembali dan membaca surat lain kemudian ruku’.

    Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh ‘Umar bin Khaththab. Ketika shalat shubuh, beliau membaca surat Yusuf pada raka’at pertama. Kemudian pada raka’at kedua, beliau membaca surat An Najm (dalam surat An Najm terdapat ayat sajadah, pen), lalu beliau sujud (yaitu sujud tilawah). Setelah itu, beliau bangkit lagi dari sujud kemudian berdiri dan membaca surat “Idzas samaa-un syaqqot” (Diriwayatkan oleh ‘Abdur Rozaq dan Ath Thohawiy dengan sanad yang shahih)

    2. Jika ayat sajadah di ayat terakhir dari surat, maka cukup dengan ruku’ dan itu sudah menggantikan sujud.

    Ibnu Mas’ud pernah ditanyakan mengenai surat yang di akhirnya terdapat ayat sajadah, “Apakah ketika itu perlu sujud ataukah cukup dengan ruku’?” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Jika antara kamu dan ayat sajadah hanya perlu ruku’, maka itu lebih mendekati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)

    3. Jika ayat sajadah di ayat terakhir di suatu surat, ketika membaca ayat tersebut, lalu sujud tilawah, kemudian bertakbir dan berdiri kembali, lalu dilanjutkan dengan ruku’ tanpa ada penambahan bacaan surat.

    Dari tiga pilihan di atas, cara pertama adalah yang lebih utama. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 453-454)

    Bagaimana Jika Membaca Ayat Sajadah Di Atas Mimbar?

    Jika ayat sajadah dibaca di atas mimbar, maka dianjurkan pula untuk melakukan sujud tilawah dan para jama’ah juga dianjurkan untuk sujud. Namun apabila sujud itu ditinggalkan, maka ini juga tidak mengapa. Hal ini telah ada riwayatnya sebagaimana terdapat pada riwayat Ibnu ‘Umar yang telah lewat.

    Di Mana Sajakah Ayat Ayat Sajadah?

    Ayat sajadah di dalam Al Qur’an terdapat pada 15 tempat. Sepuluh tempat disepakati. Empat tempat masih dipersilisihkan, namun terdapat hadits shahih yang menjelaskan hal ini. Satu tempat adalah berdasarkan hadits, namun tidak sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi sebagian melakukan sujud tatkala bertemu dengan ayat tersebut. (Lihat pembahasan ini di Shahih Fiqih Sunnah, 1/454-458)

    Sepuluh ayat yang disepakati sebagai ayat sajadah

    QS. Al A’rof ayat 206
    QS. Ar Ro’du ayat 15
    QS. An Nahl ayat 49-50
    QS. Al Isro’ ayat 107-109
    QS. Maryam ayat 58
    QS. Al Hajj ayat 18
    QS. Al Furqon ayat 60
    QS. An Naml ayat 25-26
    QS. As Sajdah ayat 15
    QS. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS. Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)

    Empat ayat yang termasuk ayat sajadah namun diperselisihkan, akan tetapi ada dalil shahih yang menjelaskannya

    QS. Shaad ayat 24
    QS. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
    QS. Al Insyiqaq ayat 20-21
    QS. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)

    Satu ayat yang masih diperselisihkan dan tidak ada hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Nabi) yang menjelaskannya, yaitu surat Al Hajj ayat 77. Banyak sahabat yang menganggap ayat ini sebagai ayat sajadah semacam Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa, Abud Darda, dan ‘Ammar bin Yasar.

    Ibnu Qudamah mengatakan,

    لَمْ نَعْرِفْ لَهُمْ مُخَالِفًا فِي عَصْرِهِمْ ، فَيَكُونُ إجْمَاعًا

    “Kami tidaklah mengetahui adanya perselisihan di masa sahabat mengenai ayat ini sebagai ayat sajadah. Maka ini menunjukkan bahwa para sahabat telah berijma’ (bersepakat) dalam masalah ini.” (Al Mughni, 3/88)
    Demikian pembahasan mengenai sujud tilawah. Semoga risalah ini bisa menjadi ilmu bermanfaat bagi kita sekalian. Ya Allah, berilah manfaat terhadap apa yang kami pelajari, ajarilah ilmu yang belum kami ketahui dan tambahkanlah selalu ilmu kepada kami.
    Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.